Dalam masyarakat Indonesia, terutama di kalangan suku Jawa, hitungan hari orang meninggal merupakan bagian penting dari budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada yang telah wafat, tetapi juga sebagai momen doa bersama dan penguatan hubungan keluarga.
Bagi calon pasangan suami istri, pemahaman tentang adat kematian dan hitungan hari juga penting, karena akan memengaruhi waktu pernikahan, prosesi adat, hingga keputusan menunda acara. Artikel ini menjelaskan secara lengkap tentang hitungan hari kematian menurut tradisi Jawa dan ajaran Islam yang berlaku di Indonesia.
Hitungan orang meninggal adalah serangkaian hari-hari tertentu setelah seseorang wafat, di mana keluarga dan kerabat mengadakan acara tahlilan atau selamatan. Hitungan ini umumnya dilakukan pada:
Setiap hari ini memiliki makna simbolis dan spiritual serta menjadi momen berkumpul untuk membaca doa, tahlil, dan sedekah.
Biasanya dilakukan malam hari setelah pemakaman. Keluarga terdekat berkumpul untuk membaca yasin, tahlil, dan doa. Tujuannya adalah mendoakan agar arwah almarhum/almarhumah diterima di sisi Allah SWT.
Merupakan hari penting untuk mengenang tiga hari pertama setelah wafat. Dalam adat Jawa, ini disebut “Nelung dina”. Tahlilan biasanya dilakukan dengan mengundang tetangga dan sanak saudara.
Hari ketujuh diyakini sebagai waktu arwah masih berada di sekitar rumah. Doa dilakukan agar arwah mendapatkan ketenangan dan dimudahkan di alam kubur.
Dianggap sebagai penutup dari siklus duka awal. Acara ini sering dihadiri lebih banyak orang dan diiringi dengan makan bersama dan pembacaan doa secara berjamaah.
Peringatan seratus hari menandai tahapan akhir masa berkabung dalam tradisi Jawa. Biasanya diadakan secara besar-besaran, terutama jika yang meninggal adalah orang tua.
Ini adalah peringatan besar terakhir dan dianggap sebagai bentuk penyempurnaan doa bagi almarhum. Dalam tradisi Jawa, diyakini bahwa roh akan benar-benar meninggalkan dunia ini setelah 1000 hari.
Selama hitungan hari kematian, keluarga dan jamaah biasanya membaca:
Dalam Islam, tahlilan dan hitungan hari tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an atau Hadis, namun diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan akidah dan niatnya adalah mendoakan si mayit.
Beberapa ulama membolehkan praktik ini sebagai bentuk bid’ah hasanah atau inovasi yang baik selama tidak menyimpang dari prinsip tauhid. Yang terpenting adalah keikhlasan dalam mendoakan dan menghindari unsur syirik atau berlebihan.
Bagi pasangan yang merencanakan pernikahan, hitungan orang meninggal bisa berdampak pada:
Hitungan orang meninggal adalah bagian penting dari budaya dan religi masyarakat Indonesia, terutama suku Jawa. Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan, tapi bentuk penghormatan dan kasih sayang terhadap orang yang telah pergi. Bagi calon pengantin, pemahaman tentang hitungan hari ini penting agar rencana pernikahan tetap selaras dengan norma sosial dan adat keluarga.
Kunjungi Portal Kahwin Indonesia untuk informasi lengkap seputar budaya pernikahan, persiapan lamaran, undangan digital, dan panduan adat yang sesuai dengan nilai lokal dan religius di Indonesia.
Artikel Terbaru
Enhance Natural Beauty ala Andisya Meutia
Mengenal Makna Pernikahan Adat Madura
Peran Venture Capital untuk Kemajuan Startup
Usaha yang Menjanjikan untuk Masa Depan
Bagikan Artikel Ini
Portal Kahwin adalah platform perencanaan pernikahan modern yang menawarkan undangan digital, manajemen tamu, penemuan venue, dan alat anggaran. Dirancang untuk pasangan di seluruh Indonesia yang mencari pengalaman pernikahan yang mudah dan personal.